Ada satu pertanyaan untuk kita semua:
Apa yang paling berharga bagimu?
Kebanyakan dari kita menjawab, “Orangtua”.
---------------------------------------------------------------------
Di tulisan kali ini aku akan sedikit
menceritakan masa laluku.
Sejak kecil aku merasa tidak diberi
kasih sayang dan selalu dibiarkan
melakukan apapun yang aku suka. Yah, mungkin bisa dikatakan aku termasuk ke
dalam golongan anak nakal. Semua kenakalan itu kulakukan hanya untuk menarik
perhatian orangtuaku. Karena saat itu aku belum percaya bahwa hal yang paling
berharga adalah orangtua. Yah, kalian pasti tahu maksudku. Itu karena aku
merasa tidak diberi kasih sayang, berbeda dengan kedua adikku.
Beberapa tahun berlalu dengan keadaan
yang tidak berubah. Hingga di suatu hari terjadi sesuatu yang sangat
mengguncangku. Orang yang sangat kusayangi telah meninggal. Beliau adalah
nenekku, yang sangat kusayangi karena beliaulah yang selalu merawatku saat aku masih
kecil. Tulisan tentang beliau tidak akan kulanjutkan, karena hal itu hanya akan
membuatku kembali terlarut di masa lalu (sekarang kan aku sudah move
on, hehehe).
Setelah hari itu, aku mulai berpikir,
siapa lagi yang akan memperhatikanku? Entah kenapa beberapa hari setelah beliau
berpulang, aku mulai terpikir untuk membuktikan kalau sebenarnya keberadaanku
memang ada. Aku berpikir keras bagaimana cara untuk mewujudkannya. Yang ada di
pikiranku saat itu hanyalah basket. Dari situlah titik nol-ku untuk memulai segalanya.
Hampir setiap hari aku bermain basket
dan setiap pulang aku selalu dimarahi. Tapi aku tidak peduli, yang kupedulikan
hanyalah keinginanku untuk dianggap ada. Seberapapun kerasnya aku mencoba, semakin
tinggi dan kokoh pula tembok yang menghalangi jalanku. Pertandingan demi
pertandingan kulewati, kejuaraan demi kejuaraan kusertai. Hingga akhirnya, hari
itu, satu hari yang hanya ada dalam angan dan tak pernah terbayang olehku bisa
terjadi.
Seperti yang kujelaskan di tulisan
sebelumnya, tim kami masuk final dan mendapat coaching clinic dari Denny Sumargo. Hari itu aku
merasakan atmosfer yang sangat berbeda di lapangan.
Tahukah kalian saat aku memandang
tribun penonton, apa yang kulihat? Orangtuaku ada disana! Sungguh hal yang
tidak terbayangkan, karena aku tidak pernah memberitahukan tentang pertandingan
hari itu kepada orangtuaku. Saat itu memang benar kami kalah selisih 3 poin dan
saat tiba dirumah aku menangis. Aku menangis bukan karena aku kalah tapi karena
semua kerja kerasku saat itu membuahkan hasil, yaitu keberadaanku yang dianggap
orangtuaku.
Aku baru menyadari apa yang selama ini
telah dilakukan orangtuaku. Mereka bukannya tidak memperdulikanku tapi mereka
menginginkan aku untuk berusaha mengerti kerasnya kehidupan. Mereka merubah
sudut pandangku yang awalnya aku merasa mereka menginginkan aku untuk menjadi
seperti yang mereka inginkan tapi sebenarnya mereka membimbingku untuk menjadi
diriku sendiri.
Saat sendirian dikamar tanpa sengaja
ingatanku kembali ke masa lalu dan mengingatkanku tentang perkataan ayahku. Lakukan apa saja yang ingin kamu lakukan,
tapi ingatlah satu hal. Semua yang kamu lakukan, kamu harus bertanggung jawab
akan hal itu.
--------------------------------------------------------------------
Aku akan membalikkan pertanyaan sebelumnya
kepada diriku sendiri:
Apa yang paling berharga bagiku?
Dan akan kujawab dengan tegas,
“Orangtuaku!!”
Yah, merekalah tujuan salah satu
tujuan hidupku sekarang. Aku akan berjuang demi kebahagiaan mereka. Seperti
kata-kata motivasi yang pernah kudapat, “When
I believe in something, I will fight like hell for it”.
Hmm… Tulisanku mungkin terlalu serius.
Hahahaha. Setelah ini aku akan menulis satu hal yang serius lagi, kemudian aku
akan menulis tentang pengalamanku yang lain dan akan kukemas agar tidak terlalu
serius cara penulisannya. Hahaha..
Thank you for reading this. Keep
sharing, guys…
Jalan Setapak