Thursday 6 June 2013

Jalan Setapak

Kali ini aku akan menceritakan kegiatanku beberapa hari yang lalu.
Jadi begini ceritanya….
Hari selasa tepatnya tanggal 4 Juni yang lalu pikiranku dalam keadaan sangat tertekan dikarenakan banyak kejadian yang kurang mengenakkan hati hingga akhirnya berhasil membuatku galau hahaha.
Yah, berbagai macam masalah sedang melandaku. Mulai dari perkuliahan hingga masalah dengan perempuan (lagi-lagi masalah perasaan). Hal ini membuatku menjadi sangat negatif dalam artian frustasi berlebih. Banyak hal yang kulakukan untuk menghindari frustasi ini hanya saja belum berhasil, tapi ada satu janji yang kubuat dengan beberapa temanku sehari sebelumnya. Janji itu adalah hiking.
Sepulang dari kegiatan kampus (sekitar pukul 6 sore), aku langsung menuju kontrakan temanku untuk menyiapkan perlengkapan serta bekal untuk malam nanti.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam dan kami semua sudah siap dengan perlengkapan dan bekal. Perjalananpun dimulai menuju arah gunung yang akan kami daki. Dengan beranggotakan 7 orang dan waktu tempuh sekitar satu jam kami tiba digunung. Gunung Mandi Angin namanya. Mungkin kalian yang berasal dari Kalimantan Selatan juga tau dimana letak gunungnya. Gunung yang akan kami daki ini lumayan mistis karena dulunya merupakan salah satu tempat persembunyian Belanda.
Sepeda motor kami hanya bisa menaiki gunung ini hingga jarak satu kilometer, tepatnya didekat kolam Belanda. Kenapa disebut kolam Belanda? Karena kolam ini dulunya tempat mandi orang-orang Belanda.
Pendakianpun dimulai pada pukul setengah sebelas malam. Langkah demi langkah kami jejaki, lereng kami kitari hingga kami sampai dipemberhentian pertama kali yaitu sebuah mata air yang dikelilingi oleh pohon bambu. Kamipun mengisi persediaan air ditempat itu. Sengaja kami tidak membawa air terlalu banyak untuk menghindari beban yang terlalu berat.
Sekitar sepuluh menit kami mengisi air, akhirnya perjalanan kami lanjutkan. Kembali kami lewati jalan yang terjal. Disebelah kanan kami tebing dan disebelah kiri kami lereng yang terjal kebawah. Jalan selebar dua meteran kami lalui dengan formasi 2-2-3, 2-3-2 hingga berubah menjadi 3-3-1 (aku yang berada paling belakang karena beban yang kubawa agak berat jadi jalanku sedikit lebih pelan dari teman-temanku).
Ratusan langkah kami jalani, mungkin ribuan. Akhirnya, sampailah dijalan yang agak terjal dan didepannya ada jembatan. Kami beristirahat sejenak dijembatan itu, menenggak beberapa tenggakan air untuk menghilangkan haus ditenggorokan. Yang baru saja kami sadari adalah kami memulai pendakian pada malam hari dan kami tidak mempunyai kayu bakar untuk api unggun nanti.
Dengan inisiatif yang tinggi salah satu temanku mengumpulkan ranting yang ada disekitar jembatan tempat kami beristirahat. Setelah beberapa ranting terkumpul, kami melanjutkan perjalanan.
Kembali kami lalui jalan yang terjal, dan yang sedikit membuatku merinding saat melewati jalan yang dikelilingi pohon yang membentuk seperti terowongan, panjangnya sekitar seratus meter. Setelah beberapa kali melewati tanjakan dan turunan akhirnya kami sampai ditempat berkemah. Sebenarnya beberapa kilometer kedepan lagi kami akan sampai di benteng Belanda tapi kami tidak akan kesana pada malam hari karena terlalu berbahaya. Yah, untuk sampai dibenteng itu harus melewati hutan lagi dan yang sering terjadi dibenteng itu adalah sering munculnya penampakan makhluk ghaib.
Sempat salah satu temanku bermalam dibenteng itu. Dan katanya dia tidak dapat tidur karena banyak yang mengganggu seperti tangis anak kecil dan suara tembakan dari senapan.
Kita lanjutkan cerita pendakianku…..
Sesampainya ditempat berkemah, kami langsung menyiapkan beberapa perlengkapan seperti terpal dan yang lebih penting adalah api unggun untuk menghangatkan badan. Ranting yang dikumpulkan temanku tadipun langsung kami buat menjadi api.
Tahukah kalian? Dua hal bodoh yang tidak kami sadari terjadi….
Hal bodoh pertama adalah salah satu temanku meletakkan handphonenya di jembatan tempat kami beristiharat tadi dan tertinggal. What the………… Karena dia temanku, mau-mau saja aku menemani mengambil handphonenya. Setelah kami mengambil handphone yang tertinggal itu, kami kembali ketempat berkemah dan yang langsung kulakukan adalah melepas bajuku. Hawa yang sebelumnya dingin berubah menjadi sangat gerah dikarenakan aku bolak-balik dari jembatan – kemah – jembatan – kemah lagi.
Dan hal bodoh kedua yang terjadi, panci untuk masak air kami tertinggal disepeda motor. Bodoh sekali bukan? Sekarang giliran dua temanku yang mengambil kebawah. Sembari menunggu mereka datang, kami mencari ranting pohon lagi untuk persediaan sampai pagi.
Tik tok tik tok…
………………………………………………
Akhirnya dua temanku datang juga. Tanpa basa-basi kami yang kedinginan langsung memasak air untuk menyeduh kopi. Kopipun jadi dan kegiatan kami lanjutkan dengan bersenda gurau hingga subuh.
Untuk menghemat tenaga pagi hari nanti saat menuruni gunung, akupun merebahkan diri. Tidak sampai satu jam aku beristirahat, temanku langsung membangunkanku. Sebenarnya aku masih ingin beristirahat tapi saat melihat pemandangan yang terjadi akupun mengurungkan niat.
Gunung yang ada dihadapan kami tertutupi oleh awan yang menyerupai lautan Mungkin agak mirip seperti film 5cm saat digunung semeru, tapi memang seperti itulah kenyataannya. Yang tidak kalah indahnya adalah peristiwa matahari terbit. Matahari perlahan muncul diantara gunung-gunung yang lain dan embun yang tadinya menutupi gunung mulai menghilang.
Ini ada beberapa foto saat matahari terbit, gambarnya agak jelek karena diambil hanya menggunakan kamera handphone…..








Terima kasih sudah membaca pengalamanku saat melakukan pendakian…..

Silakan dikomentari J

0 comments:

Post a Comment