Kali ini aku akan menceritakan kegiatanku beberapa hari yang
lalu.
Jadi begini ceritanya….
Hari selasa tepatnya tanggal 4 Juni yang lalu pikiranku
dalam keadaan sangat tertekan dikarenakan banyak kejadian yang kurang
mengenakkan hati hingga akhirnya berhasil membuatku galau hahaha.
Yah, berbagai macam masalah sedang melandaku. Mulai dari
perkuliahan hingga masalah dengan perempuan (lagi-lagi masalah perasaan). Hal ini
membuatku menjadi sangat negatif dalam artian frustasi berlebih. Banyak hal
yang kulakukan untuk menghindari frustasi ini hanya saja belum berhasil, tapi
ada satu janji yang kubuat dengan beberapa temanku sehari sebelumnya. Janji itu
adalah hiking.
Sepulang dari kegiatan kampus (sekitar pukul 6 sore), aku
langsung menuju kontrakan temanku untuk menyiapkan perlengkapan serta bekal
untuk malam nanti.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam dan kami
semua sudah siap dengan perlengkapan dan bekal. Perjalananpun dimulai menuju
arah gunung yang akan kami daki. Dengan beranggotakan 7 orang dan waktu tempuh
sekitar satu jam kami tiba digunung. Gunung Mandi Angin namanya. Mungkin kalian
yang berasal dari Kalimantan Selatan juga tau dimana letak gunungnya. Gunung yang akan kami daki ini lumayan mistis karena dulunya
merupakan salah satu tempat persembunyian Belanda.
Sepeda motor kami hanya bisa menaiki gunung ini hingga jarak
satu kilometer, tepatnya didekat kolam Belanda. Kenapa disebut kolam Belanda? Karena
kolam ini dulunya tempat mandi orang-orang Belanda.
Pendakianpun dimulai pada pukul setengah sebelas malam. Langkah
demi langkah kami jejaki, lereng kami kitari hingga kami sampai dipemberhentian
pertama kali yaitu sebuah mata air yang dikelilingi oleh pohon bambu. Kamipun
mengisi persediaan air ditempat itu. Sengaja kami tidak membawa air terlalu
banyak untuk menghindari beban yang terlalu berat.
Sekitar sepuluh menit kami mengisi air, akhirnya perjalanan
kami lanjutkan. Kembali kami lewati jalan yang terjal. Disebelah kanan kami
tebing dan disebelah kiri kami lereng yang terjal kebawah. Jalan selebar dua
meteran kami lalui dengan formasi 2-2-3, 2-3-2 hingga berubah menjadi 3-3-1
(aku yang berada paling belakang karena beban yang kubawa agak berat jadi
jalanku sedikit lebih pelan dari teman-temanku).
Ratusan langkah kami jalani, mungkin ribuan. Akhirnya,
sampailah dijalan yang agak terjal dan didepannya ada jembatan. Kami beristirahat
sejenak dijembatan itu, menenggak beberapa tenggakan air untuk menghilangkan
haus ditenggorokan. Yang baru saja kami sadari adalah kami memulai pendakian
pada malam hari dan kami tidak mempunyai kayu bakar untuk api unggun nanti.
Dengan inisiatif yang tinggi salah satu temanku mengumpulkan
ranting yang ada disekitar jembatan tempat kami beristirahat. Setelah beberapa
ranting terkumpul, kami melanjutkan perjalanan.
Kembali kami lalui jalan yang terjal, dan yang sedikit
membuatku merinding saat melewati jalan yang dikelilingi pohon yang membentuk seperti
terowongan, panjangnya sekitar seratus meter. Setelah beberapa kali melewati
tanjakan dan turunan akhirnya kami sampai ditempat berkemah. Sebenarnya beberapa
kilometer kedepan lagi kami akan sampai di benteng Belanda tapi kami tidak akan
kesana pada malam hari karena terlalu berbahaya. Yah, untuk sampai dibenteng
itu harus melewati hutan lagi dan yang sering terjadi dibenteng itu adalah
sering munculnya penampakan makhluk ghaib.
Sempat salah satu temanku bermalam dibenteng itu. Dan katanya
dia tidak dapat tidur karena banyak yang mengganggu seperti tangis anak kecil
dan suara tembakan dari senapan.
Kita lanjutkan cerita pendakianku…..
Sesampainya ditempat berkemah, kami langsung menyiapkan
beberapa perlengkapan seperti terpal dan yang lebih penting adalah api unggun
untuk menghangatkan badan. Ranting yang dikumpulkan temanku tadipun langsung
kami buat menjadi api.
Tahukah kalian? Dua hal bodoh yang tidak kami sadari
terjadi….
Hal bodoh pertama adalah salah satu temanku meletakkan
handphonenya di jembatan tempat kami beristiharat tadi dan tertinggal. What the…………
Karena dia temanku, mau-mau saja aku menemani mengambil handphonenya. Setelah kami
mengambil handphone yang tertinggal itu, kami kembali ketempat berkemah dan
yang langsung kulakukan adalah melepas bajuku. Hawa yang sebelumnya dingin
berubah menjadi sangat gerah dikarenakan aku bolak-balik dari jembatan – kemah –
jembatan – kemah lagi.
Dan hal bodoh kedua yang terjadi, panci untuk masak air kami
tertinggal disepeda motor. Bodoh sekali bukan? Sekarang giliran dua temanku
yang mengambil kebawah. Sembari menunggu mereka datang, kami mencari ranting pohon
lagi untuk persediaan sampai pagi.
Tik tok tik tok…
………………………………………………
Akhirnya dua temanku datang juga. Tanpa basa-basi kami yang
kedinginan langsung memasak air untuk menyeduh kopi. Kopipun jadi dan kegiatan
kami lanjutkan dengan bersenda gurau hingga subuh.
Untuk menghemat tenaga pagi hari nanti saat menuruni gunung,
akupun merebahkan diri. Tidak sampai satu jam aku beristirahat, temanku
langsung membangunkanku. Sebenarnya aku masih ingin beristirahat tapi saat
melihat pemandangan yang terjadi akupun mengurungkan niat.
Gunung yang ada dihadapan kami tertutupi oleh awan yang
menyerupai lautan Mungkin agak mirip seperti film 5cm saat digunung semeru,
tapi memang seperti itulah kenyataannya. Yang tidak kalah indahnya adalah
peristiwa matahari terbit. Matahari perlahan muncul diantara gunung-gunung yang
lain dan embun yang tadinya menutupi gunung mulai menghilang.
Ini ada beberapa foto saat matahari terbit, gambarnya agak
jelek karena diambil hanya menggunakan kamera handphone…..
Terima kasih sudah membaca pengalamanku saat melakukan pendakian…..
Silakan dikomentari J
Jalan Setapak