Tuesday 2 April 2013

Masa-Masa Indah

Ma, selama hidup ini, kapan momen yang paling mengesankan?
Momen paling mengesankan? Mungkin saat masih SMA (sambil tersenyum).
Ya, saat SMA!! (celetuk ayah).

-----------------------------------

Saat itu aku masih berada dikelas 3 SMP dan sedang menjalin hubungan dengan seorang gadis. Ya, bisa dibilang cinta monyet karena saat itu umurku baru 15 tahun. Kami berdua pernah sekelas saat kelas 1 SMP dan saat itu aku hanya menganggapnya teman biasa saja,  hingga akhirnya ketika kelas 2 aku berpacaran dengan temannya (sekarang salah satu sahabat dia).
Siang itu sepulang sekolah, hari sedang hujan dan aku sedang berada di dalam kelas. Sedang asyik-asyiknya bersenda-gurau dengan teman sekelasku, dia (pacarku saat kelas 3) menghampiriku dan langsung menarik lenganku keluar kelas. Di pojok lorong lantai 2 sekolah kami, dia bertanya padaku “kamu pacaran dengan (sebut saja pacar pertama), ya?”. Ku jawablah dengan polosnya, “Ya. Kenapa memangnya?”. “Tidak apa-apa”, sahutnya yang kemudian langsung pergi. Mungkin itulah pertama kalinya aku melihat seseorang patah hati.
Ok, kita kembali ke alur cerita. Pada saat selesai try out matematika, dimulailah kisah kami yang berawal dari sms tidak terlalu lama yaitu sekitar 1 sampai 2 jam dan berbuah sebuah ikatan yang disebut pacaran. Oh iya, cewek yang jadi pacarku saat kelas 3 ini bernama, emmmm….. mungkin lebih baik kita gunakan nama samaran yaitu “saridon” hhe. Yah, mungkin ini memang cinta monyet tapi ini merupakan cinta pertamaku. Bagi kalian yang pernah merasakan cinta pertama pasti tahu bagaimana rasanya. Satu hal yang sangat ku suka dari dia adalah saat aku bermain basket, meski aku tidak pernah mengajak dia untuk melihatku bertanding tapi dia selalu ada saat aku mengenakan seragam basketku.
Hmm… waktu berjalan hingga kami dinyatakan lulus dari SMP. Dikala itu saat perpisahan aku meminta teman-teman dekatku untuk menandatangi bajuku termasuk “saridon”. Pada saat “saridon” menandatangani bajuku, aku agak kecewa karena tanda tangannya paling kecil diantara teman-temanku. Sesampainya aku dirumah, kuberitahukan kepadanya (“saridon”) tentang kekecewaanku. Dan dijawabnyalah, “besok bawa bajumu ke sekolah biar kutandatangani lagi”. Esoknya, saat ku temui dia untuk menepati janji ternyata dia sudah siap dengan spidol merah. Dan akhirnya tandatangannya menjadi yang paling besar dan berada tepat ditengah serta satu-satunya yang berwarna merah. Dia tahu apa yang bisa membuatku bahagia J.
Inilah baju yang sampai sekarang masih aku simpan…



Ada satu hal yang menggangguku saat kutanya dia hendak melanjutkan ke sekolah mana dan jawabannya adalah sekolah di dekat rumahnya. Yah, jarak rumahku dengan rumahnya sekitar 12 kilometer. Itulah yang membuatku sedikit banyak berpikir.
Masa SMP pun berubah menjadi masa SMA. Kalian tahu? Hari pertamaku dibangku SMA sudah ada cewek yang menarik perhatianku, namanya “saridon”. YA!!!!! SARIDON!!!! Cewek itu adalah pacarku sendiri. Aku tak tahu mengapa dia berada di sekolahku tapi yang ku tahu dia juga mengenakan seragam yang sama denganku.
(senyum) masa-masa SMA-ku dimulai dari sini….
Hal yang paling ingin kulakukan saat SMA adalah membuktikan perkataan orangtuaku, yaitu “masa yang paling indah adalah masa SMA”. Seperti lirik lagu yang dinyanyikan almarhum Chrisye, “masa-masa paling indah, masa-masa disekolah”.
Ok, masih ingin membaca ceritaku???
Sebentar, aku nyalakan rokokku dulu. Oh iya jangan lupa siapkan kopi hitam sebagai teman kalian membaca,……
Dikala itu aku berada dikelas X-3 dengan wajah teman-teman yang sudah banyak kukenal dan “saridon” berada dikelas X-6, jarak kelas yang lumayan jauh tapi masih satu lorong. Aku sering curi-curi kesempatan ke toilet hanya untuk mengamati keadaan “saridon” di kelasnya. Sebenarnya aku ingin memposting foto “saridon” di tulisan ini tapi aku takut dia marah hahahaha.
Singkat cerita, setelah beberapa minggu dibangku SMA, “saridon” memutuskan untuk pindah ke kelas akselerasi. Dan rentang waktu kami untuk bertemu semakin jarang karena waktu istirahat kelas akselerasi berbeda dengan kelas regular.
Hmmm….. Perjalanan cinta pertamaku sudah hampir berada diujung jurang perpisahan. Hal-hal negatif sering menghampiri kami, mulai dari aku dibilang mendekati teman sekelasku hingga aku dikatakan berselingkuh. Akhirnya, “saridon” memutuskan hubungan percintaan kami. Poor boy….. Itu bukan bagian yang paling sedih. Selang beberapa minggu kami putus, “saridon” memulai hubungan baru dengan anak kelas 12. Kalian tahu apa yang kurasakan? Aku merasa begitu hancur, hingga tiada hasrat untuk melanjutkan hidup (tapi tidak terpikir untuk bunuh diri lho). Tapi dari situlah aku menemukan yang namanya sahabat, orang yang mau berada di sekitarku saat aku jatuh. Mereka adalah Riri (sekarang di Surabaya), Abi dan Anug (keduanya di Jogja). Sebenarnya masih banyak sahabatku yang lain tetapi mereka yang paling banyak membantuku bangkit dari keterpurukan akibat sakit hati.
Fuuuuhh (menghela nafas)……
Banyak sih cerita cintaku saat SMA tapi mungkin hanya itu yang akan kutulis.
Sekarang akan kuceritakan kepada kalian tentang pencarian bukti masa SMA adalah masa yang indah.
Sebelumnya aku pernah mengatakan bahwa aku adalah pemain basket saat SMP, begitu juga saat SMA. Aku juga seorang pemain basket di sekolahku dengan rekan tim yang hampir 80% adalah rekan-rekanku saat SMP. Disini aku menemukan yang namanya kita tidak dapat berdiri sendiri. Yaaa, masa’ main basket cuma sendiri? :p. Yang membedakan permainan basketku saat SMP dan SMA hanya satu, yaitu tidak adanya “saridon” di sisi lapangan untuk menonton pertandinganku (galau lagi… hahaha). Pertandingan demi pertandingan kami lalui dari dihajar habis-habisan hingga kami mampu membalik keadaan.
Suatu ketika saat perebutan juara 3, teman kami jatuh di lapangan dan tahukah kalian? Tulang betisnya patah menjadi dua bagian. Kami hanya bisa duduk terdiam, terpaku melihat fenomena yang tidak pernah kami bayangkan. Dan pada hari itu kami memutuskan tim kami dibubarkan. Perasaan down yang sangat mendalam melanda kami. Walaupun bukan kami yang patah tulang tapi kami juga merasakan sakitnya karena kami berjuang dari nol bersama-sama hingga akhirnya sampai di puncak tertinggi.
Satu bulan setelah kejadian itu, teman kami keluar dari rumah sakit dan mulai bersekolah menggunakan kruk untuk membantunya berjalan. Bel istirahat berbunyi dan saat kami mengarahkan pandangan ke lapangan basket, kami seperti tersambar petir. Di sana berdirilah sosok teman kami yang patah tulang bermain basket dan mengajak kami bermain lagi. Moodbooster!!! itulah yang bisa kukatakan pada kalian. Satu orang dapat membangkitkan hasrat kami untuk bermain lagi. Oh ya, pada tahun terakhir kami disekolah kami berhasil masuk final dan sebagai bonusnya kami mendapat coaching clinic dari Denny Sumargo, sang pemain basket nasional yang mendapat julukan Ironman.
Ini foto kami saat pertandingan final. Aku yang bernomor punggung 13 dengan seragam berwarna biru malam.


Tapi sayang, foto kami dengan Denny Sumargo hilang entah kemana.

Udahan ah cerita seriusnya…….
Di sekolah dulu, yang sering kulakukan adalah bolos (ya, aku satu-satunya siswa di kelasku yang bolos karena kelasku terkenal dengan siswa berotak elit, XII IPA 1). Bermain basket, dihukum guru, tidak mengerjakan tugas, hampir membakar lab saat praktikum kimia (wajar saja, alkohol tidak sengaja kucampurkan dengan natrium), dan yang pastinya aku salah satu siswa terjahil dikelasku. Semua itu kulakukan untuk membuktikan kata-kata orangtua ku dan semua perkataan itu memang benar adanya.

----------------------------------------------

Sebenarnya masih banyak ceritaku saat sekolah tapi akan kulanjutkan di cerita selanjutnya…..
Seseorang yang menjadi inspirasiku saat sekolah adalah wali kelasku. Nama beliau adalah bunda Sally, beliau kami panggil bunda karena beliau sudah kami anggap seperti ibu kami sendiri.
Beberapa hal yang kuingat dari beliau hingga kini:
1.      Hiduplah seperti pohon yang terus tumbuh dan berkembang. Hmmm, mungkin artinya semakin tinggi pencapaian yang kita raih (tumbuh), kita juga harus berkembang dalam artian melebarkan keberhasilan kita untuk orang-orang disekitar kita hingga mereka juga ikut berhasil.
2.      Gen itu bukan hanya berasal dari keturunan tetapi juga dapat dibentuk, itu artinya jati diri dapat kita cari dan juga jati diri juga dapat kita bentuk sesuai yang kita inginkan.
3.      Jika kalian mempunyai ilmu, jangan pernah kalian simpan sendiri melainkan harus kalian bagi. Semakin banyak kalian memberi, semakin banyak juga kalian diberi.

Oh iya, pada tahun terakhir kami di sekolah, kami juga sempat mengerjai bunda Sally saat beliau ulang tahun. Dan itu semua berawal dari ulahku yang kemudian direspon cepat secepat kilat oleh teman-temanku.

Huaahhhh……… malam semakin larut kawan, sudah dulu untuk ceritaku saat ini dan akan berlanjut dilain waktu..

Terima kasih sudah mau membaca ceritaku yang mungkin tidak ada hubungannya dengan kalian. Oh iya, jangan lupa beri kritik, saran ataupun komentarnya…..


Banjarbaru, April 2013

2 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. thank nice infonya sangat menarik, kunjungi http://bit.ly/2xRreQj

    ReplyDelete