Ma, selama hidup ini, kapan momen
yang paling mengesankan?
Momen paling mengesankan? Mungkin
saat masih SMA (sambil tersenyum).
Ya, saat SMA!! (celetuk ayah).
-----------------------------------
Saat itu aku masih berada dikelas 3
SMP dan sedang menjalin hubungan dengan seorang gadis. Ya, bisa dibilang cinta
monyet karena saat itu umurku baru 15 tahun. Kami berdua pernah sekelas saat
kelas 1 SMP dan saat itu aku hanya menganggapnya teman biasa saja, hingga akhirnya ketika kelas 2 aku berpacaran
dengan temannya (sekarang salah satu sahabat dia).
Siang itu sepulang sekolah, hari
sedang hujan dan aku sedang berada di dalam kelas. Sedang asyik-asyiknya
bersenda-gurau dengan teman sekelasku, dia (pacarku saat kelas 3) menghampiriku
dan langsung menarik lenganku keluar kelas. Di pojok lorong lantai 2 sekolah
kami, dia bertanya padaku “kamu pacaran dengan (sebut saja pacar pertama),
ya?”. Ku jawablah dengan polosnya, “Ya. Kenapa memangnya?”. “Tidak apa-apa”,
sahutnya yang kemudian langsung pergi. Mungkin itulah pertama kalinya aku
melihat seseorang patah hati.
Ok, kita kembali ke alur cerita. Pada
saat selesai try out matematika, dimulailah kisah kami yang berawal dari sms
tidak terlalu lama yaitu sekitar 1 sampai 2 jam dan berbuah sebuah ikatan yang
disebut pacaran. Oh iya, cewek yang jadi pacarku saat kelas 3 ini bernama,
emmmm….. mungkin lebih baik kita gunakan nama samaran yaitu “saridon” hhe. Yah,
mungkin ini memang cinta monyet tapi ini merupakan cinta pertamaku. Bagi kalian
yang pernah merasakan cinta pertama pasti tahu bagaimana rasanya. Satu hal yang
sangat ku suka dari dia adalah saat aku bermain basket, meski aku tidak pernah
mengajak dia untuk melihatku bertanding tapi dia selalu ada saat aku mengenakan
seragam basketku.
Hmm… waktu berjalan hingga kami
dinyatakan lulus dari SMP. Dikala itu saat perpisahan aku meminta teman-teman
dekatku untuk menandatangi bajuku termasuk “saridon”. Pada saat “saridon”
menandatangani bajuku, aku agak kecewa karena tanda tangannya paling kecil
diantara teman-temanku. Sesampainya aku dirumah, kuberitahukan kepadanya
(“saridon”) tentang kekecewaanku. Dan dijawabnyalah, “besok bawa bajumu ke
sekolah biar kutandatangani lagi”. Esoknya, saat ku temui dia untuk menepati
janji ternyata dia sudah siap dengan spidol merah. Dan akhirnya tandatangannya
menjadi yang paling besar dan berada tepat ditengah serta satu-satunya yang
berwarna merah. Dia tahu apa yang bisa membuatku bahagia J.
Inilah baju yang sampai sekarang
masih aku simpan…
Ada satu hal yang menggangguku saat
kutanya dia hendak melanjutkan ke sekolah mana dan jawabannya adalah sekolah di
dekat rumahnya. Yah, jarak rumahku dengan rumahnya sekitar 12 kilometer. Itulah
yang membuatku sedikit banyak berpikir.
Masa SMP pun berubah menjadi masa
SMA. Kalian tahu? Hari pertamaku dibangku SMA sudah ada cewek yang menarik
perhatianku, namanya “saridon”. YA!!!!! SARIDON!!!! Cewek itu adalah pacarku
sendiri. Aku tak tahu mengapa dia berada di sekolahku tapi yang ku tahu dia
juga mengenakan seragam yang sama denganku.
(senyum) masa-masa SMA-ku dimulai
dari sini….
Hal yang paling ingin kulakukan saat
SMA adalah membuktikan perkataan orangtuaku, yaitu “masa yang paling indah
adalah masa SMA”. Seperti lirik lagu yang dinyanyikan almarhum Chrisye, “masa-masa
paling indah, masa-masa disekolah”.
Ok, masih ingin membaca ceritaku???
Sebentar, aku nyalakan rokokku dulu.
Oh iya jangan lupa siapkan kopi hitam sebagai teman kalian membaca,……
Dikala itu aku berada dikelas X-3
dengan wajah teman-teman yang sudah banyak kukenal dan “saridon” berada dikelas
X-6, jarak kelas yang lumayan jauh tapi masih satu lorong. Aku sering curi-curi
kesempatan ke toilet hanya untuk mengamati keadaan “saridon” di kelasnya.
Sebenarnya aku ingin memposting foto “saridon” di tulisan ini tapi aku takut
dia marah hahahaha.
Singkat cerita, setelah beberapa
minggu dibangku SMA, “saridon” memutuskan untuk pindah ke kelas akselerasi. Dan
rentang waktu kami untuk bertemu semakin jarang karena waktu istirahat kelas
akselerasi berbeda dengan kelas regular.
Hmmm….. Perjalanan cinta pertamaku sudah
hampir berada diujung jurang perpisahan. Hal-hal negatif sering menghampiri
kami, mulai dari aku dibilang mendekati teman sekelasku hingga aku dikatakan
berselingkuh. Akhirnya, “saridon” memutuskan hubungan percintaan kami. Poor boy….. Itu bukan bagian yang paling
sedih. Selang beberapa minggu kami putus, “saridon” memulai hubungan baru
dengan anak kelas 12. Kalian tahu apa yang kurasakan? Aku merasa begitu hancur,
hingga tiada hasrat untuk melanjutkan hidup (tapi tidak terpikir untuk bunuh
diri lho). Tapi dari situlah aku menemukan yang namanya sahabat, orang yang mau
berada di sekitarku saat aku jatuh. Mereka adalah Riri (sekarang di Surabaya),
Abi dan Anug (keduanya di Jogja). Sebenarnya masih banyak sahabatku yang lain
tetapi mereka yang paling banyak membantuku bangkit dari keterpurukan akibat
sakit hati.
Fuuuuhh (menghela nafas)……
Banyak sih cerita cintaku saat SMA
tapi mungkin hanya itu yang akan kutulis.
Sekarang akan kuceritakan kepada
kalian tentang pencarian bukti masa SMA adalah masa yang indah.
Sebelumnya aku pernah mengatakan
bahwa aku adalah pemain basket saat SMP, begitu juga saat SMA. Aku juga seorang
pemain basket di sekolahku dengan rekan tim yang hampir 80% adalah rekan-rekanku
saat SMP. Disini aku menemukan yang namanya kita tidak dapat berdiri sendiri. Yaaa,
masa’ main basket cuma sendiri? :p. Yang membedakan
permainan basketku saat SMP dan SMA hanya satu, yaitu tidak adanya “saridon” di
sisi lapangan untuk menonton pertandinganku (galau lagi… hahaha). Pertandingan
demi pertandingan kami lalui dari dihajar habis-habisan hingga kami mampu
membalik keadaan.
Suatu ketika saat perebutan juara 3,
teman kami jatuh di lapangan dan tahukah kalian? Tulang betisnya patah menjadi
dua bagian. Kami hanya bisa duduk terdiam, terpaku melihat fenomena yang tidak
pernah kami bayangkan. Dan pada hari itu kami memutuskan tim kami dibubarkan.
Perasaan down yang sangat mendalam
melanda kami. Walaupun bukan kami yang patah tulang tapi kami juga merasakan
sakitnya karena kami berjuang dari nol bersama-sama hingga akhirnya sampai di
puncak tertinggi.
Satu bulan setelah kejadian itu,
teman kami keluar dari rumah sakit dan mulai bersekolah menggunakan kruk untuk membantunya berjalan. Bel
istirahat berbunyi dan saat kami mengarahkan pandangan ke lapangan basket, kami
seperti tersambar petir. Di sana berdirilah sosok teman kami yang patah tulang
bermain basket dan mengajak kami bermain lagi. Moodbooster!!! itulah yang bisa kukatakan pada kalian. Satu orang
dapat membangkitkan hasrat kami untuk bermain lagi. Oh ya, pada tahun terakhir
kami disekolah kami berhasil masuk final dan sebagai bonusnya kami mendapat coaching clinic dari Denny Sumargo, sang pemain basket
nasional yang mendapat julukan Ironman.
Ini foto kami saat pertandingan
final. Aku yang bernomor punggung 13 dengan seragam berwarna biru malam.
Tapi sayang, foto kami dengan Denny Sumargo hilang entah kemana.
Udahan ah cerita seriusnya…….
Di sekolah dulu, yang sering kulakukan
adalah bolos (ya, aku satu-satunya siswa di kelasku yang bolos karena kelasku
terkenal dengan siswa berotak elit, XII IPA 1). Bermain basket, dihukum guru,
tidak mengerjakan tugas, hampir membakar lab saat praktikum kimia (wajar saja, alkohol
tidak sengaja kucampurkan dengan natrium), dan yang pastinya aku salah satu
siswa terjahil dikelasku. Semua itu kulakukan untuk membuktikan kata-kata
orangtua ku dan semua perkataan itu memang benar adanya.
----------------------------------------------
Sebenarnya masih banyak ceritaku saat
sekolah tapi akan kulanjutkan di cerita selanjutnya…..
Seseorang yang menjadi inspirasiku
saat sekolah adalah wali kelasku. Nama beliau adalah bunda Sally, beliau kami panggil bunda karena beliau sudah kami anggap
seperti ibu kami sendiri.
Beberapa hal yang kuingat dari beliau
hingga kini:
1. Hiduplah seperti pohon yang terus tumbuh
dan berkembang. Hmmm, mungkin artinya semakin tinggi pencapaian yang kita raih
(tumbuh), kita juga harus berkembang dalam artian melebarkan keberhasilan kita
untuk orang-orang disekitar kita hingga mereka juga ikut berhasil.
2. Gen itu bukan hanya berasal dari
keturunan tetapi juga dapat dibentuk, itu artinya jati diri dapat kita cari dan
juga jati diri juga dapat kita bentuk sesuai yang kita inginkan.
3. Jika kalian mempunyai ilmu, jangan
pernah kalian simpan sendiri melainkan harus kalian bagi. Semakin banyak kalian
memberi, semakin banyak juga kalian diberi.
Oh iya, pada tahun terakhir kami di sekolah, kami juga sempat mengerjai
bunda Sally saat beliau ulang tahun.
Dan itu semua berawal dari ulahku yang kemudian direspon cepat secepat kilat
oleh teman-temanku.
Huaahhhh……… malam semakin larut kawan, sudah dulu untuk ceritaku saat ini
dan akan berlanjut dilain waktu..
Terima kasih sudah mau membaca ceritaku yang mungkin tidak ada
hubungannya dengan kalian. Oh iya, jangan lupa beri kritik, saran ataupun
komentarnya…..
Banjarbaru, April 2013
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletethank nice infonya sangat menarik, kunjungi http://bit.ly/2xRreQj
ReplyDelete